BERJALAN

SELAMAT DATANG DI ASOSIASI GURU PENULIS INDONESIA (AGUPENA)FLORES TIMUR

Senin, 21 Desember 2015

AGUPENA FLOTIM GELAR SAYEMBARA MENULIS CERITA RAKYAT FLOTIM





Flores Timur memiliki beragam kekayaan budaya, salah satunya adalah cerita rakyat Flores Timur. Bertolak dari pemikiran sederhana ini, Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Kabupaten Flores Timur merasa terpanggil untuk mengadakan “Sayembara Menulis Cerita Rakyat Flotim” dan mempublikasikan dalam bentuk buku Atalogi Cerita Rakyat Flotim.
Adapun ketentuan Sayembara diataranya:
1.      Cerita rakyat yang ditulis merupakan cerita rakyat Flores Timur.
2.      Cerita rakyat Flores Timur ditulis dengan menggunakan bahasa indonesia berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pilihan kata dalam bahasa daerah disertakan dengan catatan kaki.
3.      Peserta dapat mengirim lebih dari 1 (satu) karya untuk diseleksi, disertai biodata peserta, termasuk nomor hanpon, yang dapat dihubungi.
4.      Karya merupakan karya mandiri dan asli serta belum pernah diterbitkan.
5.      Peserta merupakan pendidik di Kabupaten Flores Timur (Tingkat SD, SMP/MTs, SMA/SMK)
6.      Panjang cerita 600  sampai 1500 karakter, diketik dengan huruf Times News Roman, Ukuran huruf 12, berspasi 2 (rangkap)
7.      Karya dikirim dalam bentuk hardfile (printout) disertakan dengan softfile (CD atau flesdisc untuk dicopy)
8.      Karya diantar langsung ke Sekterariat Agupena Flores Timur
9.      Narasumber minimal 2 (dua) orang. Peserta wajib menuliskan biografi singkat narasumber sertakan dengan nomor hanpon.
10.  Karya yang masuk ke penyelenggara menjadi hak penerbitan Agupena Flores Timur. Sementara hak cipta tetap menjadi milik penulis.
11.  Batas akhir (deadline) pengiriman karya Minggu, 21 Februari 2016
12.  Sayembara ini tidak dipungut biaya.
13.  Tim penilai : Bernad Tukan, Silvester Petara Hurit, Pion Ratulloly.
14.  Kejuaraan akan diumumkan pada puncak HUT Agupena yang pertama 1 Maret 2016
15.  Juara I mendapatkan dana insentif Rp. 300.000, II 250.000, III 200.000 disertai piagam penghargaan.
16.  Konfirmasi, Maksi: 085 253 456 413
Mengetahui
Pengurus Agupena Cabang Flores Timur Periode 2015- 2018


Maksimus Masan Kian, S.Pd
Ketua

Kamis, 12 November 2015

PEROKOK PEMULA YANG SEMAKIN MUDA



OPINI
Oleh Fransiskus Xaverius Berek
(Saat ini sementara studi pasca sarjana di Universitas Negeri Malang)

Usia seseorang saat pertama kali merokok kian muda dari waktu ke waktu. Angka usia pertama kali merokok penduduk kelompok umur 15-19 tahun 33,1 persen pada 2007, meningkat menjadi 43,3 persen tahun 2010. Begitu juga kelompok usia 10-14 tahun di periode yang sama, dari 10,3 persen menjadi 17,5 persen. Hal yang paling menggelisahkan ialah kemunculan perokok di kelompok usia 4-9 tahun yang pada 2007 ada 1,2 persen, menigkat menjadi 1,7 persen tahun 2010 (Kompas, 28 Mei 2015).
Tak hanya itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) yang dipublikasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 menunjukkan tak ada penurunan jumlah penduduk perokok usia 15 tahun ke atas sejak 2007 hingga 2013. Justru naik dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen. Nusa Tenggara Timur berada di posisi tertinggi perokok di tahun 2013.

Faktor Yang Mendorong Orang Merokok
Rasa ingin tahu dan semangat coba-coba, menjadi faktor awal seorang anak atau remaja merokok. Beberapa faktor lain diantaranya: Pertama Faktor Keluarga. Keluarga menjadi pihak pertama yang mempertemukan anak atau remaja dengan rokok. Seorang anak atau remaja yang merokok biasanya karena meniru kebiasaan orang dekatnya yang perokok. Semakin sering melihat orang dekatnya merokok, semakin kuat keinginannya untuk merokok.  Kedua Teman sebaya. Teman turut andil dalam memengaruhi kebiasaan merokok anak atau remaja. Kebutuhan untuk diterima dalam kelompok teman sebaya seringkali membuat anak atau remaja berbuat apa saja agar dapat bergabung dalam kelompoknya dan terbebas dari sebutan ‘kuper’ atau ‘banci.’ Jika tidak menerima ajakan merokok mereka akan dikucilkan dari kelompoknya. Hal ini mendorong anak atau remaja tidak mempunyai banyak pilihan selain bergabung. Ketiga Iklan. Iklan berperan besar memengaruhi remaja untuk merokok. Iklan menyerang alam bawah sadar anak atau remaja dengan beringas dan merecoki pola pikir anak atau remaja kita. Rokok yang adalah agen pembunuh massal berjangka waktu ditampilkan dalam pesona ‘menaklukkan hutan belantara, menjejak gunung tertingi, cerdas menemukan solusi atau pandai memikat wanita’. Iklan-iklan ini terlalu manis untuk tidak diikuti oleh jiwa muda mudi kita.   

Dampak Negatif Merokok
            Tak ada yang berani membantah dampak negatif merokok. Selain berpotensi kanker paru-paru, anak-anak yang terpapar asap rokok sejak dalam kandungan, langsung atau tidak langsung, tiga kali lebih besar kemungkinannya mengalami kesulitan belajar. Membiarkan anak atau remaja merokok, sama saja kita membiarkan mereka kesulitan dalam menyerap pelajaran. Jika hasil belajar anak atau remaja kita selalu menduduki peringkat akhir ketika dibandingkan dengan standar PISA (Programme for International Student Asessment), TIMSS (Trends in International Mathematics Science and Study) atau PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), itu salah satu faktor penyebabnya adalah merokok. Kita tidak pernah menuai atlet-atlet berprestasi. Negara kita tidak memproduksi ‘the next Maradona’, ‘the next Messi’ atau ‘the next Ronaldo’. Bayangkan, hanya untuk disebut ‘the next´ saja kita tidak sanggup. Bahkan untuk menjadi ‘the next Susi Susanti’ atau ’the next Liem Swei King’ pun kita masih terseok-seok.  
            Sampai kapan keluarga-keluarga memandang remeh bahaya merokok bagi anak atau remaja? Sampai kapan ‘komunitas’ teman sebaya anak atau remaja kita dibiarkan tak terkontrol, bebas dan lepas? Sampai kapan kita membiarkan iklan (baca: pemilik industri rokok) meraup keuntungan dari kebiasaan merokok anak atau remaja kita?
            Hemat penulis, cara yang paling efisien dan efektif memangkas jumlah perokok pemula di Indonesia antara lain, pertama Mengontrol Konsumsi Rokok di Kalangan Remaja. Caranya, dengan menaikkan harga rokok menjadi sekitar Rp 40.000 per bungkus. Mayoritas perokok berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Dengan menaikkan harga jual rokok, diharapkan ada penurunan daya beli remaja. Harga rokok yang lebih mahal diharapkan dapat mengerem kemunculan perokok pemula di kalangan remaja dan anak-anak. Kedua Menertibkan Penjualan Rokok Ilegal. Menertibkan Penjualan Rokok Ilegal dengan memberikan sanksi hukum kepada penjual dan pengedarnya. Maraknya penjualan rokok ilegal akhir-akhir ini berdampak terhadap jumlah perokok pemula di Indonesia (Kompas, 09 Juni 2015). Harga rokok ilegal yang terjangkau oleh kantong remaja kemungkinan besar berkorelasi positif terhadap konsumsi rokok. Ini berarti bahwa, dengan menghentikan peredaran rokok ilegal jumlah perokok pemula akan berkurang.   Ketiga Menampilkan Iklan Himbauan Berhenti Merokok. Iklan bisa dipasang  lewat media cetak, media elektronik, atau media sosial. Jika dapat, tokoh iklannya adalah orang-orang yang populer di kalangan remaja misalnya, Cherrybelle, Evan Dimas Darmono, atau Entis Sutisna alias Sule. Jika dapat, kita bisa bekerjasama dengan pengelola media-media sosial di Indonesia agar memasang peringatan bahaya merokok di setiap tampilan muka akun pengguna.
            Kita semua menyadari bahwa perjuangan untuk terbebas dari candu rokok bukan perkara yang mudah. Pengalaman menunjukkan bahwa faktor pribadi perokok berkontribusi besar terhadap berhentinya kebiasaan merokok. Seringkali pengguna harus melewatkan fase ‘tersiksa’ sebelum benar-benar keluar dari lingkaran ketergantungan. Usaha eksternal positif dari keluarga, teman sebaya, dan pemerintah diyakini sanggup membebaskan anak atau remaja kita dari belenggu nikotin.
            Disaat pemuda- pemudi kita terbebas dari belenggu merokok, kita bisa berharap akan lahirnya pemuda-pemudi yang bersatu hati untuk bersumpah, “kami putra dan putri Indonesia, mengaku berparu-paru satu, paru-paru sehat untuk Indonesia Raya”. Bangkitlah pemuda yang bebas dari rokok.Semoga!

Minggu, 04 Oktober 2015

AKU HARUS MEMULAI

AGUPENA

Aku lelap dalam tidurku

Gerakan hatimu tlah membangunkanku

Untuk mengetuk pikiranku

Pasti, langkahku pasti

Entah salah, entah benar

Namun aku harus memulai

Akhir kata, mohon maaf, terima kasihku tukmu Agupena

                                                            Sura Dewa, 3 Oktober 2015
Hayon Bine Theresia
Smansa Larantuka (Peserta Workshop PTK)

AGUPENA FLOTIM GELAR WORKSHOP PTK


(Kelompok Guru - Guru Sekolah Dasar)
“Forum hari ini, bukan forum omong- omong, tetapi forum kerja. Guru yang hadir hari ini harus bisa proaktif sehingga tujuan akhir dari kegiatan Workshop yakni guru bisa menulis karya PTK dapat tercapai. Pelaksanaan Workshop PTK untuk menjawab kesulitan guru guru di Flotim dalam menulis karya ilmiah untuk kepentingan  kenaikan pangkat dan golongan guru. Demikian kata Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia ( Agupena ) Cabang Kabupaten Flores Timur   Maksimus Masan Kian, S.Pd dalam sambutan pada pembukaan Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Aula SMK Sura Dewa Larantuka Jumad, (2/10/15).
Workshop PTK diselenggarakan Agupena Flotim Jumad s/d Sabtu, (2-3 Oktober 15)  dihadiri oleh Ketua Agupena wilyah NTT Thomas Akaraya Sogen, M. BA, selaku narasumber, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaraga (PPO) Flotim, ketua PGRI Flotim Yohanes Emi Kein, Efrem Hama Kelore Pengawas Sekolah Menengah selaku narasumber, Arnol Langodai Pengawas Sekolah Menengah, dan peserta terdiri dari para guru dan Kepala Sekolah se- Kabupaten Flotim sebanyak 150 orang.
 (Kelompok Guru SMP)
Ketua Panitia pelaksana Elfridus B. Sutomo, dalam laporannya menyampaikan workshop PTK dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti aspirasi para guru di Flotim dan seturut amanat Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Guru dituntut untuk mengembangkan profesinya melalui Karya ilmiah dan Publikasi ilmiah lainnya, termasuk di dalamnya yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Penulisan PTK).
“Kami panitia sangat bangga karena hari ini peserta yang hadir mengikuti Workshop PTK melebihi Quota yang ditarget panitia. Kami awalnya menargetkan anggota 70 orang, namun yang hadir mengikuti kegiatan hingga 130 orang diluar panitia
 (Kelompok Guru SMA/ SMK)
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Flores Timur Drs. Bernadus Beda Keda, M.AP dalam sambutannya memberi apresiasi kepada pengurus Agupena Flotim karena sejak menerima mandat dari Agupena Wilayah NTT ketua Maksimus Masan Kian dan teman-teman langsung bergerak cepat dan sigap telah membantu pemerintah melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya dalam bidang karya tulis ilmiah. Kadis juga menyampaikan Agupena telah berperan menjadi solusi bagi para guru di Flotim dalam mengemban tugas.  “kegiatan hari ini menjadi salah satu indikator bahwa Agupena mampu mengatasi kesulitas para guru” .Kata Bernad
Ia menambahkan, guru-guru di Flotim mengalami kesulitan karena masih kurang berkreasi Banyak guru yang kepangkatannya mandek, guru-guru lupa urus diri sendiri, banyak buang waktu dengan hal-hal yang sia-sia yang tidak mendukung profesi. Saya anjurkan gunakan waktu senggang untuk mendukung profesimu guru, salah satunya adalah menulis.
(Moderator dan Narasumber)
(Ketua Agupena Cabang Flores Timur memberikan Piagam Penghargaan Kepada Kepada Ketua Agupena Flotim selaku Narasumber pada Kegiatan Workshop PTK)

(Penyerahan Sertifikat Workshop PTK oleh Elfrid Teluma, Ketua Panitia  kepada peserta Workshop)

Materi yang diberikan oleh dua Narasumber Thomas Akaraya Sogen, S.Pd, M.BA dan Efrem Hama Kelore, S.Pd, M.Hum meliputi riview Permenpan RB No. 16 Tahun 2009, perencanaan PTK, menulis laporan PTK, panduan menulis artikel ilmiah, pembahasan konsep PTK, metode ilmiah penelitian, besaran angka kredit publikasi ilmiah, dan tugas terstruktur..***