(Oleh : Dra. Emiliana Rosa
Temaluru, guru pada SMPS Mater Inviolata-Larantuka
Wakil Sekretaris Agupena Flotim)
Tahun 2015 ini kemerdekaan Indonesia
menapaki usia yang ke-70. Usia yang
tergolong lanjut bagi ukuran usia manusia pada umumnya. Banyak kisah yang telah
terukir dalam rentang waktu yang sekian lama, kisah suka dan duka, kisah sukses
dan gagal, kisah bangga dan kecewa. Sambil bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia kemerdekaan yang kita terima, tulisan ini bermaksud menggugah refleksi
dan kesadaran kita akan realitas wajah Ibu Pertiwi, Tanah Air Indonesia yang
sama kita cintai, dari aspek lingkungan hidup.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makluk hidup termasuk manusia. Dari segi ekologi, lingkungan
hidup dibedakan atas tiga, yaitu lingkungan alam, lingkungan sosial dan
lingkungan budaya. Lingkungan hidup dan manusia merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terjadi saling
ketergantungan dan saling mempengaruhi. Kesatuan ini akan membawa dampak
positip atau negatip, tergantung dari harmonisasi yang terjadi di dalamnya. Keberadaan manusia sangat menentukan harmonisasi itu
sebab manusia merupakan makluk ciptaan paling mulia karena memiliki akal budi dan hati nurani.
Sekilas ketika kita melihat
kembali kehidupan nenek moyang di masa lampau,
harmonisasi alam dan manusia terjalin dengan sangat baik. Kebutuhan-kebutuhan dasar dipenuhi oleh alam. Sungai menyediakan air jernih yang dapat langsung diminum dan ikan-ikan yang berkeriapan di dalamnya untuk menjadi bahan santapan, tanah menumbuhkan
aneka jenis tumbuhan-tumbuhan dan rempah-rempah yang kemudian hari menjadi salah satu alasan
penjajahan bangsa lain di tanah air kita. Hutan
rimbapun menghasilkan udara yang bersih dan segar serta menyediakan berbagai keanekaan hayati untuk dijadikan bahan makanan, bahan pakaian, bahan membuat
rumah. Singkatnya, Ibu Pertiwi kita di masa lampau bagaikan Surga. Interaksi sosial
antarmanusiapun berjalan baik, tanpa benturan kepentingan masing-masing
individu, sebab manusia Indonesia senang hidup dan berkumpul dalam
kelompok-kelompok.
Berkembangnya populasi manusia, peradaban, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, membawa pengaruh yang besar terhadap harmonisasi antara manusia dengan alam dan pola
interaksi sosial-budaya.
Fakta dan berita di berbagai media cetak maupun elektronik dewasa ini, menyajikan
kisah-kisah pilu tentang bencana alam dan bencana kemanusiaan. Gempa bumi dan tsunami, tanah longsor, letusan gunung
api serta angin badai merupakan beberapa contoh bencana
karena faktor alamiah sedangkan kerusakan hutan dan pencemaran merupakan
beberapa contoh bencana karena faktor tingkah laku manusia sendiri yang kurang
bijaksana menggunakan akal budi dan kurang memiliki kepekaan hati nurani.
Manusia menjadi egois, mengutamakan pemenuhan kebutuhan individunya dengan
mengabaikan kepentingan sesamanya, memanfaatkan dan mengelola lingkungan alam dengan aktivitas-aktivitas yang malah merusak, mencemari alam membahayakan kehidupan manusia.
Kerusakan hutan kita telah mencapai
59 juta hektar, karena
aktivitas penebangan kayu, baik resmi maupun liar yang tidak disertai dengan
reboisasi, aktivitas penambangan, aktivitas industri, pembangunan jalan raya,
pemukiman penduduk maupun pembukaan lahan pertanian dengan sistem bakar. Hutan
mulai kehilangan fungsi produksi, klimatologis, orologis, rekreasi dan
hidrologis. Dampak dari tindakan ini
mengakibatkan hutan menjadi gundul, penyediaan udara segar dan bersih berkurang,
lahan bekas hutan menjadi gersang dan tidak subur, rusaknya ekosistem hutan
yang dapat memusnahkan flora dan fauna
sehingga merusak sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi penduduk, mengakibatkan erosi serta banjir yang menelan harta benda dan nyawa manusia.
Aktivitas pertanian
modern dengan
penggunaan mesin-mesin, pupuk kimia
dan pestisida yang berlebihan telah merusak lingkungan hidup dan dapat
membahayakan kesehatan manusia. Pertanian tradisional dengan sistem
tebang-bakarpun telah merusak lingkungan karena tanah akan kehilangan
kesuburannya sehingga panenan kurang dan mengurangi sumber pemenuhan kebutuhan.
Aktivitas nelayan dengan
penggunaan racun atau bom ikan, telah mengakibatkan rusaknya ekosistem laut, rusaknya
terumbu karang dan matinya banyak spesies ikan sehingga mengurangi sumber
pemenuhan kebutuhan. Jika dikonsumsi maka akan membahayakan kesehatan manusia.
Sampah dan ceceran minyak dari kapalpun telah mencemari air laut.
Pencemaran terjadi di mana-mana,
baik pencemaran udara akibat pembakaran
minyak bumi dan batu bara, pembakaran sampah, aktivitas
industri yang menggunakan bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor, asap rokok, penggunaan zat Chorofluorocarbon (CFC) yang berasal dari pendingin (kulkas, AC) dan spray (penyemprot rambut, parfum, pengharum ruangan) maupun pencemaran tanah dan air yang
terjadi antara lain akibat dari pembuangan sampah atau limbah padat dan limbah cair dari aktivitas industri yang kadang mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3), juga limbah dari rumahtangga, pasar, tempat usaha, hotel, sekolah, perkantoran dan tempat-tempat umum lainnya.
Keadaan ini menjadi bukti sekaligus dampak dari ketidakharmonisan dengan alam dan menurunnya
kualitas interaksi sosial antarmanusia Indonesia.
Bencana
alam merupakan hal yang tak terelakan di mana manusia hanya dapat berusaha
mengurangi resiko kerugian yang diderita, sedangkan bencana akibat ulah manusia
haruslah dihindari.
Hal yang dapat dilakukan adalah
mempertegas komitmen semua pihak dan aksi bersama. Komitmen dan aksi bersama dalam keluarga,
antara lain : memelihara pohon / tanaman
sebanyak-banyaknya dengan semboyan “satu orang satu pohon”, menggunakan produk rumah tangga
yang ramah lingkungan dan hemat energi, dan pengelolaan sampah yang baik dengan : Reduce (mengurangi produksi sampah), Reuse (menggunakan
kembali barang-barang yang tidak dipakai), Replace (mengganti
barang sekali pakai dengan barang-barang tahan lama), dan Recycle (mendaur ulang barang bekas atau sampah menjadi produk baru)
serta membuang sampah pada tempatnya.
Komitmen dan aksi bersama di
Sekolah oleh semua warga sekolah, antara lain : menciptakan lingkungan sekolah yang “BERHATI KASIH” ( BERseri, seHAT, Indah, Kondusif, Aman dan berSIH). Sikap peduli terhadap lingkungan hidup yang telah masuk dalam kurikulum,
hendaknya ditumbuhkembangkan dan menjadi pembiasaan dan budaya sekolah.
Komitmen dan aksi bersama oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau Organisasi
Lingkungan Hidup seperti : WALHI, Greenpeace, WWF, FOEI, KEHATI, COREMAP JALA-SAMPAH, dan lain-lain, untuk lebih
menyuarakan dan lebih peduli pada upaya penyelamatan lingkungan
hidup.
Komitmen dan aksi bersama pemerintah
Pusat dan
Daerah, antara lain dengan
membentuk badan yang bertugas mengendalikan dampak lingkungan sebagai akibat
pelaksanaan pembangunan maupun kewenangan membuat peraturan tentang pengelolaan
lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan hidup, pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun serta perlindungan dan penetapan kawasan cagar alam
(kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai kekhasan flora, fauna dan
ekosistem yang perlu dilindungi serta perkembangannya berlangsung secara alami, konservasi,
pemanfaatan sumberdaya hutan dan Jasa Ekosistem, Ekolabel
(produk ramah lingkungan), pemberdayaan masyarakat dan pemberian penghargaan Kalpataru
maupun Adiwiyata kepada perintis, pengabdi,
penyelamat dan Pembina lingkungan hidup.
Langkah kecil dan nyata yang dapat
kita lakukan untuk memulai aksi bersama kita dalam rangkaian peringatan HUT
Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-70 tahun ini adalah membuang sampah pada
tempatnya, sebab kenyataan dari tahun ke
tahun memperlihatkan hasil akhir dari kegiatan lomba gerak jalan, karnaval,
lomba tarik tambang dan lain-lain kegiatan sampai pada berakhirnya upacara
peringatan detik-detik proklamasi ialah sampah-sampah yang bertebaran di
mana-mana.
Marilah wahai semua anak bangsa,
dalam semangat merayakan Hari Ulang Tahun Proklamasi Negara kita yang ke-70,
dalam semangat memaknai kemerdekaan, dalam semangat persatuan dan kesatuan
serta dalam semangat kerja, kita pertegas komitmen dan aksi nyata kita untuk kembalikan
senyum Ibu Pertiwi, kembalikan keelokan dan kejayaan negeri kita tercinta ini,
untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah kita ciptakan dan untuk menciptakan
kembali harmonisasi kehidupan kita dengan alam, demi keberlanjutan kehidupan di Bumi Pertiwi, demi kesejahteraan hidup kita
sekarang dan masa depan generasi penerus kita nanti.***