BERJALAN

SELAMAT DATANG DI ASOSIASI GURU PENULIS INDONESIA (AGUPENA)FLORES TIMUR

Jumat, 28 Agustus 2015



MENGABDI  KEBENARAN DALAM CINTA KASIH”
                                    

Oleh : Krisantus M. Kwen
Ketua Seksi Dokumentasi dan Publikasi Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA)
 Kabupaten Flores Timur/Pengajar STP Reinha Larantuka

HARI-hari ini, Motto Sekolah Tinggi Pastoral “REINHA LARANTUKA” sedang dibuktikan: “PER MARIAM VERITATEM FACIENTES IN CARITATE”: Bersama Maria Mengabdi Kebenaran dalam Cinta Kasih. 154 mahasiswa STP Reinha Larantuka sudah, sedang dan akan melanjutkan ujian skripsi mereka sampai dengan puncak batas akhir, 31 Agustus 2015. Lembaga ini menerima mahasiswa dari berbagai pelosok negeri Indonesia, khususnya anak-anak negeri NTT. Mereka datang dari Kabupaten Flores Timur, Lembata, Sikka, Ende, Bajawa, Nagekeo, dan Manggarai. Mereka juga berasal dari pulau Sumba dan Timor. Kekhahasan etnis wilayah ini makin memperkaya pesona lembaga pencetak guru-guru agama Katolik dan calon petugas Pastoral (Gereja) dimanapun karya mereka dibutuhkan.
Di sini dan kini, mereka akan mengakiri masa kuliahnya melalui proses menjelang akhir, Pendadaran Skripsi. Ujian skripsi untuk 154 mahasiswa STP Reinha Larantuka ini dijadwalkan dalam kalender akademik melalui tiga tahap masa pendadaran. Yakni terhitung sejak tanggal 20 Juli sampai dengan tangga 31 Agustus 2015.
                        (Mahasiswa membangun argumen akademik pada sidang skripsi) 

Dengan mempertahankan karya tulis ilmiahnya di hadapan 3 anggota dewan penguji, mereka wajib berjibaku dengan gagasan dan solusi skripsinya. Karya yang telah mereka garap selama ini dengan peluh di badan mesti dipertahankan. Tidak heran, ada yang berkeringat-keringat, bercucuran air mata di hadapan dewan penguji, rada bingung, diam, tapi ada yang cekatan dan tangkas karena percaya diri. Bento Lazar, seorang skripsiwan menutur “saatnya idealisme dan karya praktis sedang dibuktikan, kalau tidak, sama halnya dengan cinta bertepuk sebela tangan....”.
Bento benar, skripsi adalah sebuah karya ilmiah serentak membuktikan pengabdian di jalan cinta kasih. Berbagai karya sosial, khusus karya pendidikan yang menjangkau banyak pelayanan kepada umat dan masyarakat sedang direfleksikan sekaligus dirumuskan menjadi tulisan dalam karya ilmiah, yakni skripsi. Ini adalah momentum berbagi ide, gagasan, dan karya nyata. Karena mayoritas para mahasiswa ini berasal dari Guru-guru Dalam jabatan (GDJ), yang notabene adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mayoritas mereka berijazah SPG dan PGAK sedangkan sebagian dari mereka juga berijaza D2 dan D3 dalam program Lama lembaga ini.
Sejak pemerintah RI, Cq Kementerian Agama melalui Ditjen Bimbingan Masyarakat Katolik (Bimas Katolik) melaksanakan program penyetaraan guru-guru Agama Katolik pada tahun 2010, STP Reinha Larantuka adalah salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi yang dipilih menjadi mitra Ditjen Bimas Katolik RI untuk melaksanakan program ini. Alhasil, guru-guru yang sudah mendarmabaktikan diri mereka untuk anak-anak Negeri ini selama puluhan dan belasan tahun terakhir berhak mengikuti program penyetaraan ini. Mereka menjadi bagian dari tiga angkatan terakhir yang sudah diwisudah dalam 3 tahun terakhir ini.
Demikian untuk menjawab Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, juga Undang-undang nomor 14 tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen. Dengan prasyarat kompetensi tersebut, Negara mengharapkan peserta didik dituntun oleh mereka yang mempunyai kualifikasi profesional. Bukan hanya oleh mereka yang mempunyai pengalaman mengajar, melainkan juga oleh kualifikasi akademik Sarjana Strata Satu. Yang dituntut dari seorang Guru sejak tahun 2005 adalah seorang guru minimal menyandang Kualifikasi Akademik Sarjana Strata Satu (S1) atau Diploma IV (D4), yang pemberlakuannya ditetapkan secara efektif sejak tahun 2015 ini (Pasal 82 ayat 2 UU Nomor 14 Tahun 2005).
Medan bakti para guru-guru pelosok ini dirumuskan dalam berbagai pendekatan ilmiah dan metode menulis, calon petugas pastoral ini mendeskripsikan objek penelitiannya dan meramu dalam keindahan tulisan. Karya ilmiah ini adalah gabungan antara pengetahuan, teori, dan praksis pengalaman, yang digarap dalam tulisan!  Pada titik ini skripsi sebetulnya adalah sebuah shering pengalaman, sebuah tutur atas pengalaman. Dia menjadi jalan ilmiah hanya kerena memang tunduk pada metodologis dan sistimatika tertentu. Bukankah shering pengalaman itu sebuah seni? Kalau bukan disebut keindahan! Maka mari berbagi pengalaman!

              
                    (Ada saatnya kita harus bersyukur setelah menyelesaikan sebuah tugas)
Dalam t
ulisan bergelombang pada logo kampus STP Reinha Larantuka terpatri tulisan : STP REINHA LARANTUKA -  WAIBALUN - FLORES TIMUR. Dalam penjelasannya terpampang sebagai simbolisasi gelombang perjuangan dalam meretas dan meraih cita-cita, tentunya akan mendapat tantangan dan cobaan yang bakal dihadapi seseorang. Baik selagi menjadi mahasiswa, maupun dan lebih-lebih di dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan di tengah masyarakat yang juga sedang mengalami dimensi perjuangan
Akhirnya proses intelektual yang terus dan terus berproses, melalui berbagai pendekatan-pendekatan ilmu baik, seni, teologi, alkitabiah, kateketik, pastoral, pendidikan, sosiologi, hukum Gereja, dan disiplin ilmu lainnya adalah jalan menuju Kebenaran, dengan cara Cinta Kasih. Melalui ujian skripsi ini, mau mencoba membangun titian ini, yang bisa disebut dalam dua tujuan. Pertama, para skripsiwan/skripsiwati adalah seorang calon tenaga pastoral yang sedang membuktikan komitmen untuk mengabdi di jalan pastoral, menjadi seorang guru agama Katolik atau petugas pastoral yang mampu berpikir dalam praksis. Kedua, seorang skripsiwan/skrisiwati adalah warga akademik, yang senantiasa membangun argumen Kebenaran melalui data dan fakta, bukan membangun kebenaran di atas isu atau info sesaat apalagi sesat! Jaga fakta dan perilaku hidup adalah data otentik hidupmu yang sedang dipertontonkan kepada dunia. Sebuah peluang pastoral serentak tantangan.
Sejatinya di jalan Kebenaran ini, seorang intelektual adalah orang yang selalu siap diutus di berbagai bidang kehidupan dimana dan kapanpun dia dibutuhkan untuk membangun dunia, demikian seorang ilmuwan sejati menurut ahli pendidikan, J Drost, SJ.
Untuk skripsiwan dan skripsiwati, Profisiat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar