“MENGABDI KEBENARAN DALAM CINTA KASIH”
Oleh : Krisantus
M. Kwen
Ketua Seksi
Dokumentasi dan Publikasi Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA)
Kabupaten Flores Timur/Pengajar STP Reinha
Larantuka
HARI-hari ini, Motto Sekolah Tinggi
Pastoral “REINHA LARANTUKA” sedang dibuktikan: “PER MARIAM VERITATEM FACIENTES IN CARITATE”: Bersama Maria Mengabdi Kebenaran dalam
Cinta Kasih. 154
mahasiswa STP Reinha Larantuka sudah, sedang dan akan melanjutkan ujian skripsi
mereka sampai dengan puncak batas akhir, 31 Agustus 2015. Lembaga ini menerima
mahasiswa dari berbagai pelosok negeri Indonesia, khususnya anak-anak negeri
NTT. Mereka datang dari Kabupaten Flores Timur, Lembata, Sikka, Ende, Bajawa,
Nagekeo, dan Manggarai. Mereka juga berasal dari pulau Sumba dan Timor. Kekhahasan
etnis wilayah ini makin memperkaya pesona lembaga pencetak guru-guru agama
Katolik dan calon petugas Pastoral (Gereja) dimanapun karya mereka dibutuhkan.
Di sini dan kini, mereka akan
mengakiri masa kuliahnya melalui proses menjelang akhir, Pendadaran Skripsi. Ujian
skripsi untuk 154 mahasiswa STP Reinha Larantuka ini dijadwalkan dalam kalender
akademik melalui tiga tahap masa pendadaran. Yakni terhitung sejak tanggal 20
Juli sampai dengan tangga 31 Agustus 2015.
(Mahasiswa membangun argumen
akademik pada sidang skripsi)
Dengan mempertahankan karya tulis ilmiahnya di hadapan 3 anggota dewan penguji, mereka wajib berjibaku dengan gagasan dan solusi skripsinya. Karya yang telah mereka garap selama ini dengan peluh di badan mesti dipertahankan. Tidak heran, ada yang berkeringat-keringat, bercucuran air mata di hadapan dewan penguji, rada bingung, diam, tapi ada yang cekatan dan tangkas karena percaya diri. Bento Lazar, seorang skripsiwan menutur “saatnya idealisme dan karya praktis sedang dibuktikan, kalau tidak, sama halnya dengan cinta bertepuk sebela tangan....”.
Dengan mempertahankan karya tulis ilmiahnya di hadapan 3 anggota dewan penguji, mereka wajib berjibaku dengan gagasan dan solusi skripsinya. Karya yang telah mereka garap selama ini dengan peluh di badan mesti dipertahankan. Tidak heran, ada yang berkeringat-keringat, bercucuran air mata di hadapan dewan penguji, rada bingung, diam, tapi ada yang cekatan dan tangkas karena percaya diri. Bento Lazar, seorang skripsiwan menutur “saatnya idealisme dan karya praktis sedang dibuktikan, kalau tidak, sama halnya dengan cinta bertepuk sebela tangan....”.
Bento benar, skripsi adalah sebuah
karya ilmiah serentak membuktikan pengabdian di jalan cinta kasih. Berbagai
karya sosial, khusus karya pendidikan yang menjangkau banyak pelayanan kepada
umat dan masyarakat sedang direfleksikan sekaligus dirumuskan menjadi tulisan
dalam karya ilmiah, yakni skripsi. Ini adalah momentum berbagi ide, gagasan,
dan karya nyata. Karena mayoritas para mahasiswa ini berasal dari Guru-guru
Dalam jabatan (GDJ), yang notabene adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mayoritas
mereka berijazah SPG dan PGAK sedangkan sebagian dari mereka juga berijaza D2
dan D3 dalam program Lama lembaga ini.
Sejak pemerintah RI, Cq Kementerian Agama melalui
Ditjen Bimbingan Masyarakat Katolik (Bimas Katolik) melaksanakan program
penyetaraan guru-guru Agama Katolik pada tahun 2010, STP Reinha Larantuka
adalah salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi yang dipilih menjadi mitra Ditjen
Bimas Katolik RI untuk melaksanakan program ini. Alhasil, guru-guru yang sudah
mendarmabaktikan diri mereka untuk anak-anak Negeri ini selama puluhan dan
belasan tahun terakhir berhak mengikuti program penyetaraan ini. Mereka menjadi
bagian dari tiga angkatan terakhir yang sudah diwisudah dalam 3 tahun terakhir
ini.
Demikian untuk menjawab Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
Tentang System Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005
Tentang Standar Pendidikan Nasional, juga Undang-undang nomor 14 tahun 2008
Tentang Guru dan Dosen. Dengan prasyarat kompetensi tersebut, Negara
mengharapkan peserta didik dituntun oleh mereka yang mempunyai kualifikasi
profesional. Bukan hanya oleh mereka yang mempunyai pengalaman mengajar,
melainkan juga oleh kualifikasi akademik Sarjana Strata Satu. Yang dituntut
dari seorang Guru sejak tahun 2005 adalah seorang guru minimal menyandang
Kualifikasi Akademik Sarjana Strata Satu (S1) atau Diploma IV (D4), yang
pemberlakuannya ditetapkan secara efektif sejak tahun 2015 ini (Pasal 82 ayat 2
UU Nomor 14 Tahun 2005).
(Ada saatnya kita harus
bersyukur setelah menyelesaikan sebuah tugas)
Dalam tulisan bergelombang pada logo kampus STP Reinha Larantuka terpatri tulisan : STP REINHA LARANTUKA - WAIBALUN - FLORES TIMUR. Dalam penjelasannya terpampang “sebagai simbolisasi gelombang perjuangan dalam meretas dan meraih cita-cita, tentunya akan mendapat tantangan dan cobaan yang bakal dihadapi seseorang. Baik selagi menjadi mahasiswa, maupun dan lebih-lebih di dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan di tengah masyarakat yang juga sedang mengalami dimensi perjuangan”
Dalam tulisan bergelombang pada logo kampus STP Reinha Larantuka terpatri tulisan : STP REINHA LARANTUKA - WAIBALUN - FLORES TIMUR. Dalam penjelasannya terpampang “sebagai simbolisasi gelombang perjuangan dalam meretas dan meraih cita-cita, tentunya akan mendapat tantangan dan cobaan yang bakal dihadapi seseorang. Baik selagi menjadi mahasiswa, maupun dan lebih-lebih di dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan di tengah masyarakat yang juga sedang mengalami dimensi perjuangan”
Akhirnya
proses intelektual yang terus dan terus berproses, melalui berbagai
pendekatan-pendekatan ilmu baik, seni, teologi, alkitabiah, kateketik,
pastoral, pendidikan, sosiologi, hukum Gereja, dan disiplin ilmu lainnya adalah
jalan menuju Kebenaran, dengan cara Cinta Kasih. Melalui ujian skripsi ini, mau
mencoba membangun titian ini, yang bisa disebut dalam dua tujuan. Pertama, para skripsiwan/skripsiwati
adalah seorang calon tenaga pastoral yang sedang membuktikan komitmen untuk
mengabdi di jalan pastoral, menjadi seorang guru agama Katolik atau petugas
pastoral yang mampu berpikir dalam praksis. Kedua,
seorang skripsiwan/skrisiwati adalah warga akademik, yang senantiasa membangun
argumen Kebenaran melalui data dan fakta, bukan membangun kebenaran di atas isu
atau info sesaat apalagi sesat! Jaga fakta dan perilaku hidup adalah data
otentik hidupmu yang sedang dipertontonkan kepada dunia. Sebuah peluang
pastoral serentak tantangan.
Sejatinya di
jalan Kebenaran ini, seorang intelektual adalah orang yang selalu siap diutus
di berbagai bidang kehidupan dimana dan kapanpun dia dibutuhkan untuk membangun
dunia, demikian seorang ilmuwan sejati menurut ahli pendidikan, J Drost, SJ.
Untuk skripsiwan
dan skripsiwati, Profisiat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar