BERJALAN

SELAMAT DATANG DI ASOSIASI GURU PENULIS INDONESIA (AGUPENA)FLORES TIMUR

Rabu, 19 Agustus 2015

KEMBALIKAN SENYUM IBU PERTIWI

 

(Oleh : Dra. Emiliana Rosa Temaluru, guru pada SMPS Mater Inviolata-Larantuka 
Wakil Sekretaris Agupena Flotim)

Tahun 2015 ini kemerdekaan Indonesia menapaki usia yang ke-70. Usia  yang tergolong lanjut bagi ukuran usia manusia pada umumnya. Banyak kisah yang telah terukir dalam rentang waktu yang sekian lama, kisah suka dan duka, kisah sukses dan gagal, kisah bangga dan kecewa. Sambil bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia kemerdekaan yang kita terima, tulisan ini bermaksud menggugah refleksi dan kesadaran kita akan realitas wajah Ibu Pertiwi, Tanah Air Indonesia yang sama kita cintai, dari aspek lingkungan hidup.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup termasuk manusia. Dari segi ekologi, lingkungan hidup dibedakan atas tiga, yaitu lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Lingkungan hidup dan manusia merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terjadi saling ketergantungan dan saling mempengaruhi. Kesatuan ini akan membawa dampak positip atau negatip, tergantung dari harmonisasi yang terjadi di dalamnya. Keberadaan manusia sangat menentukan harmonisasi itu sebab manusia merupakan makluk ciptaan paling mulia karena memiliki akal budi dan hati nurani.
Sekilas ketika kita melihat kembali kehidupan nenek moyang di masa lampau, harmonisasi alam dan manusia terjalin dengan sangat baik. Kebutuhan-kebutuhan dasar dipenuhi oleh alam. Sungai menyediakan air jernih yang dapat langsung diminum dan ikan-ikan yang berkeriapan di dalamnya untuk menjadi bahan santapan, tanah menumbuhkan aneka jenis tumbuhan-tumbuhan dan rempah-rempah yang kemudian hari menjadi salah satu alasan penjajahan bangsa lain di tanah air kita. Hutan rimbapun menghasilkan udara yang bersih dan segar serta menyediakan berbagai keanekaan hayati untuk dijadikan bahan makanan, bahan pakaian, bahan membuat rumah. Singkatnya, Ibu Pertiwi kita di masa lampau bagaikan Surga. Interaksi sosial antarmanusiapun berjalan baik, tanpa benturan kepentingan masing-masing individu, sebab manusia Indonesia senang hidup dan berkumpul dalam kelompok-kelompok.
Berkembangnya populasi manusia, peradaban, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, membawa pengaruh yang besar terhadap harmonisasi antara manusia dengan alam dan pola interaksi sosial-budaya. Fakta dan berita di berbagai media cetak maupun elektronik dewasa ini, menyajikan kisah-kisah pilu tentang bencana alam dan bencana kemanusiaan. Gempa bumi dan tsunami, tanah longsor, letusan gunung api serta angin badai merupakan beberapa contoh bencana karena faktor alamiah sedangkan kerusakan hutan dan pencemaran merupakan beberapa contoh bencana karena faktor tingkah laku manusia sendiri yang kurang bijaksana menggunakan akal budi dan kurang memiliki kepekaan hati nurani. Manusia menjadi egois, mengutamakan pemenuhan kebutuhan individunya dengan mengabaikan kepentingan sesamanya, memanfaatkan dan mengelola lingkungan alam dengan aktivitas-aktivitas yang malah merusak, mencemari alam membahayakan kehidupan manusia.
Kerusakan hutan kita telah mencapai 59 juta hektar, karena aktivitas penebangan kayu, baik resmi maupun liar yang tidak disertai dengan reboisasi, aktivitas penambangan, aktivitas industri, pembangunan jalan raya, pemukiman penduduk maupun pembukaan lahan pertanian dengan sistem bakar. Hutan mulai kehilangan fungsi produksi, klimatologis, orologis, rekreasi dan hidrologis. Dampak dari tindakan ini mengakibatkan hutan menjadi gundul, penyediaan udara segar dan bersih berkurang, lahan bekas hutan menjadi gersang dan tidak subur, rusaknya ekosistem hutan yang dapat  memusnahkan flora dan fauna sehingga merusak sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi penduduk, mengakibatkan erosi serta banjir yang menelan harta benda dan nyawa manusia.

Aktivitas  pertanian modern dengan penggunaan mesin-mesin, pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan telah merusak lingkungan hidup dan dapat membahayakan kesehatan manusia. Pertanian tradisional dengan sistem tebang-bakarpun telah merusak lingkungan karena tanah akan kehilangan kesuburannya sehingga panenan kurang dan mengurangi sumber pemenuhan kebutuhan.
Aktivitas nelayan dengan penggunaan racun atau bom ikan, telah mengakibatkan rusaknya ekosistem laut, rusaknya terumbu karang dan matinya banyak spesies ikan sehingga mengurangi sumber pemenuhan kebutuhan. Jika dikonsumsi maka akan membahayakan kesehatan manusia. Sampah dan ceceran minyak dari kapalpun telah mencemari air laut.
Pencemaran terjadi di mana-mana, baik pencemaran udara akibat pembakaran minyak bumi dan batu bara, pembakaran sampah, aktivitas industri yang menggunakan bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor, asap rokok, penggunaan zat Chorofluorocarbon (CFC) yang berasal dari pendingin (kulkas, AC) dan spray (penyemprot rambut, parfum, pengharum ruangan) maupun pencemaran tanah dan air yang terjadi antara lain akibat dari pembuangan sampah atau limbah padat dan limbah cair dari aktivitas industri yang kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), juga limbah dari rumahtangga, pasar, tempat usaha, hotel, sekolah, perkantoran dan tempat-tempat umum lainnya.
Keadaan ini menjadi bukti sekaligus dampak dari ketidakharmonisan dengan alam dan menurunnya kualitas interaksi sosial antarmanusia Indonesia. Bencana alam merupakan hal yang tak terelakan di mana manusia hanya dapat berusaha mengurangi resiko kerugian yang diderita, sedangkan bencana akibat ulah manusia haruslah dihindari.
Hal yang dapat dilakukan adalah mempertegas komitmen semua pihak dan aksi bersama. Komitmen dan aksi bersama dalam keluarga, antara lain : memelihara pohon / tanaman sebanyak-banyaknya dengan semboyan “satu orang satu pohon”, menggunakan produk rumah tangga yang ramah lingkungan dan hemat energi, dan pengelolaan sampah yang baik dengan : Reduce (mengurangi produksi sampah), Reuse (menggunakan kembali barang-barang yang tidak dipakai), Replace (mengganti barang sekali pakai dengan barang-barang tahan lama), dan Recycle (mendaur ulang barang bekas atau sampah menjadi produk baru)  serta membuang sampah pada tempatnya.
Komitmen dan aksi bersama di Sekolah oleh semua warga sekolah, antara lain : menciptakan lingkungan sekolah yang “BERHATI KASIH” ( BERseri, seHAT, Indah, Kondusif, Aman dan berSIH). Sikap peduli terhadap lingkungan hidup yang telah masuk dalam kurikulum, hendaknya ditumbuhkembangkan dan menjadi pembiasaan dan budaya sekolah.
Komitmen dan aksi bersama oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau Organisasi Lingkungan Hidup seperti : WALHI, Greenpeace, WWF, FOEI, KEHATI, COREMAP JALA-SAMPAH, dan lain-lain, untuk lebih menyuarakan dan lebih peduli pada upaya penyelamatan lingkungan hidup.
Komitmen dan aksi bersama pemerintah Pusat dan Daerah,  antara lain dengan membentuk badan yang bertugas mengendalikan dampak lingkungan sebagai akibat pelaksanaan pembangunan maupun kewenangan membuat peraturan tentang pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan hidup, pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta perlindungan dan penetapan kawasan cagar alam (kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai kekhasan flora, fauna dan ekosistem yang perlu dilindungi serta perkembangannya berlangsung secara alami, konservasi, pemanfaatan sumberdaya hutan dan Jasa Ekosistem, Ekolabel (produk ramah lingkungan), pemberdayaan masyarakat dan pemberian penghargaan Kalpataru maupun Adiwiyata kepada perintis, pengabdi, penyelamat dan Pembina lingkungan hidup.

Langkah kecil dan nyata yang dapat kita lakukan untuk memulai aksi bersama kita dalam rangkaian peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-70 tahun ini adalah membuang sampah pada tempatnya,  sebab kenyataan dari tahun ke tahun memperlihatkan hasil akhir dari kegiatan lomba gerak jalan, karnaval, lomba tarik tambang dan lain-lain kegiatan sampai pada berakhirnya upacara peringatan detik-detik proklamasi ialah sampah-sampah yang bertebaran di mana-mana.
Marilah wahai semua anak bangsa, dalam semangat merayakan Hari Ulang Tahun Proklamasi Negara kita yang ke-70, dalam semangat memaknai kemerdekaan, dalam semangat persatuan dan kesatuan serta dalam semangat kerja, kita pertegas komitmen dan aksi nyata kita untuk kembalikan senyum Ibu Pertiwi, kembalikan keelokan dan kejayaan negeri kita tercinta ini, untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah kita ciptakan dan untuk menciptakan kembali harmonisasi kehidupan kita dengan alam, demi keberlanjutan kehidupan di Bumi Pertiwi, demi kesejahteraan hidup kita sekarang dan masa depan generasi penerus kita nanti.***



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar