oleh
Krisantus M. Kwen
Ketua Seksi Dokumentasi dan Publikasi Asosiasi Guru Penulis Indonesia
(AGUPENA) Kabupaten Flores Timur
Telah diekspos
oleh Koran Harian Umum Pos Kupang Pada Selasa, 28 Juli 2015 pada Rubrik Opini
Hari-hari ini, setiap kampus di tanah air sedang dan akan
menyibukkan diri dengan kegiatan penerimaan mahasiswa baru. Masyarakat lebih
mengenal dengan istilah Ospek. Yakni akronim dari kata Orientasi Studi dan
Pengenalan Kampus. Substansi Ospek adalah memperkenalkan perguruan tinggi
kepada mahasiswa baru. Momentum ini sangat istimewa sebagai “ruang” perubahan menata
generasi intelektual baru Indonesia. Frasa Ospek bukan sekedar ikon tahunan
kampus. Berhadapan dengan kaum muda ini, Filsuf Indonesia (Driyarkara SJ),
menyebutnya ‘momentum’ membangun manusia muda.
Ada tiga alasan mendasar yang patut dikedepankan melalui agenda tahunan
ini. Pertama, membangun komitmen
perguruan tinggi. Di dalam mukadimah Kepmennas nomor 603 tahun 2001 dinyatakan
bahwa tugas perguruan tinggi adalah berperan aktif dalam perbaikan dan
pengembangan kualitas kehidupan dan kebudayaan. Basis argumennya adalah dunia
perguruan tinggi patut menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang concern dengan kebutuhan individu agar
sungguh siap berhadapan dengan dunianya kelak. Dalam agenda ini civitas
akademika patut merefleksikan peran kehadirannya melalui penjabaran
konsistensinya di hadapan manusia muda ini yang mempercayakan dirinya untuk
dididik menjadi manusia intelektual Indonesia kelak. Sehingga manusia muda ini dapat mempersiapkan dirinya memiliki
kompetensi (Conny R. Semiawan : 1998). Yakni
memiliki perilaku,
nilai dan norma sesuai sistem yang berlaku untuk
menjadi
manusia yang utuh dan mandiri sesuai tata cara hidup bangsa.
Kedua, menjaga
kepercayaan masyarakat. Calon mahasiswa ini berasal dari keluarga dan
masyarakat. Kejelian dan refleksi yang mendalam akan situasi masyarakat adalah
momen kita berbenah diri. Indonesia hari-hari
ini dimata masyarakat adalah kecepatan perubahan masyarakat
ditentukan oleh pelaku ekonomi, kebudayaan, dan politik disamping tokoh
pemerintah dan agama. Wajah
Indonesia hari ini adalah
perselingkuhan
kekuasaan antara oknum aktor
ekonomi, politik, pemerintahan, dan bahkan menghinggapi mentalitas tokoh agama.
Mafia-mafia politik dan ekonomi telah mengakar di tengah birokrasi parlemen dan
kabinet
kepresidenan. Atas nama percepatan pertumbuhan ekonomi, hutan dan gunung
dibongkar oleh alat-alat berat perusahan-perusahan pertambangan. Lingkungan
hidup kian terancam dan alam semakin tidak bersahabat karena ekosistimnya dirusak oleh
manusia.
Atas nama otonomi daerah, perda-perda eksklusif, primordial, anti pluralistik
Indonesia telah mencabik-cabik rasa aman hidup berbangsa kita. Belum lagi
perilaku aktor-aktor politik di senayan yang sekarang memperlihatkan rendahnya
tanggungjawab mereka dalam merawat
Indonesia. Menghadirkan kejujuran hidup sosial Indonesia adalah cara
terbaik menanamkan sikap intoleran terhadap perilaku tidak terpuji dalam
membangun bangsa.
Masyarakat mempercayakan perguruan tinggi agar menghantarkan putra-putri
mereka sesuai tata cara hidup berbangsa yang baik dan benar.
Momentum ketiga Ospek adalah
menjadi daya korektif institusi. Pergumulan dunia kampus adalah pergumulan
antara idealisme (teori) dan Praksis. Pengalaman pengelolaan
management dan pengelolaan birokrasi dikemas dalam teori-teori ilmu
pengetahuan. Ada tiga basis utama dalam atmosfer kampus. Yakni Basis Akademis untuk mengelolah manajemen birokrasi
kampus. Akademis membawahi karya mengajar (dosen dan mahasiswa), dan kinerja
(dosen dan pegawai). Basis kedua dunia kampus
adalah Penelitian. Medan yang paling kondusif untuk penelitian kemasyarakatan
adalah kampus. Karena kampus memiliki atmosfir akademika
dan intelektual. Keberhasilan dan kegagalan kampus secara publik juga diukur
sejauhmana kampus memberi andil kepada masyarakat melalui hasil-hasil riset dan
penelitian dalam segala bidang. Basis ketiga
dunia kampus adalah pengabdian masyarakat. Kampus didirikan untuk menjawab
kebutuhan masyarakat. Sehingga seyogyanya dunia kampus tidak boleh terpisah
dari masyarakatnya. Pengabdian
kepada masyarakat dapat diperlihatkan ketika civitas akademika membangun
komunikasi yang intensif dengan pemerintah dan multi
stakeholder masyarakat. Karya-karya
karitatif kemasyarakatan kampus masih memperlihatkan diri dalam wajah Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Karya ini masih terus direfleksikan secara signifikan untuk menjawab kebutuhan masyarakat sehingga perguruan tinggi sungguh siap terlibat
memberikan sumbangannya kepada masyarakat.
OSPEK wajib
menyentuh kedalaman rasa dan empati calon mahasiswa agar menjadikan kampus
“rumah” yang baru. Di sana hendak diperlihatkan kondisi yang kondusif untuk merawat
Indonesia, mencintai tanah air serentak menanankan kesadaran menjadikan manusia
yang berguna bagi bangsa dan negara. Lingkungan yang familier dan persaudaraan
adalah kondisi sine qua non-prasyarat
menciptakan warna akademik-intelektual. OSPEK adalah titian idealisme menuju seberang,
praksis wajah Indonesia. Momentum ini wajib digunakan secara baik dan benar.
Karena orang muda sedang meniru profil idaman untuk dihidupi. Selamat datang
Mahasiswa Baru!