BERJALAN

SELAMAT DATANG DI ASOSIASI GURU PENULIS INDONESIA (AGUPENA)FLORES TIMUR

Jumat, 17 Juli 2015

ISI KEPALA, ISI HATI DAN ISI PERUT




Dering nyaring jam dinding klasik mandek pada hitungan kesepuluh.
Lantunan irama blues masih taat mengawal tidur malam kami.
Beberapa lagu daerah lawas yang yang dipoles kembali oleh musisi muda berbakat dari Adonara,Pledeck Band terdengar lebih seksi.Setiap hentakan melodi melenggak-lenggok dengan anggun laksana penari balet.Malam yang shyadu kian melenakan di si kecilku dalam baring yang pulas.
Perut yang seharian hanya diisi dengan secangkir kopi mulai kembang kempis disusul hembusan angin liar melalui salurannya.
Kukecup kening si ceriwisku dan berbisik," Ayahmu sudah tak bisa tahan lapar lagi,minta pamit meninggalkanmu sebentar untuk mencari nasi goreng di depan pasar baru milik Bu de.
Setahuku,Bu de itu diartikan Mama besar.
Mengapa para pendatang ini selalu mengaburkan nama aslinya?
Ah,itu urusan ketua RT sampai di dinas terkait.
Gerakan tangan anaknya Bu de yang lincah menghasilkan sebungkus nasi goreng dalam waktu kurang dari 5 menit.
Kubayar dengan uang pas dan segera meninggalkan warung gerobak itu.
Ketika pulang melintasi trotoar yang dekil di depan gedung baru yang berdampingan dengan gedung perpustakaan yang sempit,mataku tergoda dengan sebuah spanduk yang terpampang di pagar gedung tersebut.
Di sana tertulis,"ciptakan kesimbangan antara isi kepala,isi hati dan isi perut menuju kehidupan yang bermartabat".
Segera kutulis deretan kalimat itu dan kuamankan di item Arsip dan melejit menemui buah hatiku.
Si ceriwis masih dalam posisi tidur semula.
Perut yang semula rewel sudah bisa diajak berdamai.Tak lupa kuteguk tiga gelas ukuran jumbo.
Kali ini kulewatkan sebatang rokok yang biasanya menyermpurnakan setiap akhir makan.Kusamparin si kecil di ranjang dan memeluknya hangat.Tubuh mungilnya menggeliat dan membalas dekapanku.
Untuk yang kedua kalinya kubisikan,"Nak,selama ayah berlibur,dengan bapa main ke gesdung perpustakaan yang seolah tersembunyi di tengah hiruk pikuknya pasar.
Nak,jangan lupa membiasakan diri membaca ketika kamu bisa membaca nanti.
Karena,..
Dengan membaca,pikiranmu menjadi bergisi karena setiap sari tulisan akan mendewasakanmu dan mengenal dunia.
Lantaran membaca,hatimu menjadi teduh dan sejuk karena ketika kita membaca,sesungguhnya kita sedang belajar untuk bersikap rendah hati menerima pikiran penulis.
Dan untuk urusan isi perut,ayah cuman bisa bilang,logika tanpa logistik akan kurang afdol.Tetapi jangan sampai muatan logistikmu melebihi kapasitas.
Itu akan melumpuhkan roda logikamu.
Ingatlah nak,..
Ketika kamu memimpin dirimu sendiri,gunakanlah otakmu yang sehat.
Ketika kamu melebur diri dalam sebuah komunitas,andalkan kerendahan hatimu.
Jangan sekali-kali mencurahkan sebagian besar waktu hidupmu dengan getol mengisi perutmu.
Itu akan membelenggu pikiran dan memasung nuranimu.
Mari menata setiap tutur untuk mendandan estetika taman jiwa berbunga makna laku dan lakon petik buah kehidupan yang bermartabat.
Sabon Doko,sosok yang bijak dan kaya solusi,
Selamat berbuka puasa di kampung seberang..

Benediktus Bereng Lanan, S.Pd


Tidak ada komentar:

Posting Komentar